Kemiko Arkeologi (CA)

Area Identitas

Tipe entitas

Badan Korporasi

Format Nama yang diakui

Kemiko Arkeologi (CA)

bentuk paralel dari nama

Standar penamaan sesuai aturan lainnya

Format nama lainnya

Identifier untuk badan korporasi

CA

Area Deskripsi

Tanggal Keberadaan

1970 - 1983

Sejarah

Sektor Kemiko Arkeologi pada awal berdirinya bernama Sektor Preservasi, namun kemudian berganti nama menjadi Sektor Kemiko Arkeologi setelah proyek pemugaran secara resmi dimulai pada tahun 1973. Sektor ini dibagi kedalam tiga subsektor, yaitu Subsektor Laboratorium, Subsektor Konservasi dan Subsektor Servis dan Administrasi.

Sektor ini secara khusus menangani pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan inventarisasi dan dokumentasi gejala-gejala penyakit yang dihadapi, melakukan diagnosis akar permasalahanya, menentukan “resep” dan metodologi penanganannya, serta melakukan terapi terhadap berbagai tipe penyakit yang dihadapi, seperti halnya di bidang kedokteran. Konservasi merupakan salah satu metode pelestarian benda cagar budaya yang kompleks, yang memerlukan pendekatan dari berbagai cabang disiplin ilmu (multidiscipline approach), seperti halnya budaya (antropologi, arkeologi, sejarah, sosial), pengetahuan alam (kimia, fisika, mekanika), (mikro) biologi, klimatologi, teknologi (teknik sipil, teknik fisika, teknik kimia). Agar tujuan konservasi dapat dicapai secara efektif, diperlukan metode kerja yang bersifat efektif dan sistematik. Cara-cara kerjanya harus bersifat diagnostik dan perawatan yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

Seperti halnya di bidang kedokteran yang menggunakan medical record, di bidang konservasipun juga menggunakannya, baik diagnosis maupun tindakan konservasinya pun juga harus direkam. Rekaman tersebut meliputi tahap sebelum penanganan konservasi, selama penanganan konservasi, dan pascakonservasi. Rekaman tersebut sangat besar manfaatnya kelak, apabila terjadi masalah-masalah ulang maupun masalah baru. Oleh karena itu, rekaman kondisi keterawatan tersebut yang di Sektor Khemiko Arkeologi dikenal dengan “Kartu Penanganan (treatment card)” perlu disimpan baik-baik serta menggunakan sistem registrasi seperlunya. Registrasi tersebut diperlakukan untuk setiap blok batu yang dianggap sebagai sosok individu.

Dalam kaitannya dengan SDM, mengingat pada waktu itu di Indonesia belum ada lembaga yang secara khusus menangani pendidikan dan pelatihan di bidang konservasi, maka untuk mempersiapkan tenaga tersebut dikirimkan seorang teknisi yaitu Bapak Suyono untuk menjalani pendidikan dan pelatihan (training course) di luar negeri, yaitu di Central Laboratory of the Institut Royal du Potrimoine Artistique di Brussels, Belgia, selama 2 (dua) tahun, pada tahun 1969 di bawah pembinaan Prof. Coremans. Sepulang beliau, kemudian ditugaskan untuk merintis Sektor Khemiko Arkeologi, Proyek Pemugaran Candi Borobudur, dengan melakukan rekruitmen tenaga-tenaga teknisi menengah yang diambil dari tenaga berlatar belakang pendidikan SMA jurusan Ilmu Pasti-Alam. Pengadaan tenaga tersebut dilakukan atas kerjasama dengan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Rekruitmen dilakukan selama 4 (empat) kali angkatan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 57 orang, dengan rincian yaitu Angkatan I: 10 orang, Angkatan II: 10 orang, Angkatan III: 19 orang, dan Angkatan IV: 18 orang.

Tenaga-tenaga tersebut selanjutnya diberikan pendidikan dan pelatihan secara khusus selama 3 (tiga) tahun. Pendidikan dan pelatihan di bidang teori dilakukan dengan bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, yaitu dengan kuliah pada petang hari di Yogyakarta dengan dosen dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Veteran Negeri Yogyakarta, sedang- kan untuk prakteknya dilakukan secara insitu yaitu di pemugaran Candi Borobudur, dengan dengan instruktur dari staf ahli UNESCO yang terlibat secara langsung dalam Proyek Pemugaran Candi Borobudur, di antaranya adalah Dr. Giselle Hyvert, ahli mikrobiologi dari Perancis dari Laboratoire de cryptogamie du Museum National d’Histoire Naturalle, Paris dan Mr. Paolo Bacchin, ahli pahat dari Italia. Di samping itu, juga tenaga ahli lain di bidang konservasi, yaitu Prof. Coremans, Director of the Central Laboratory of the Institut Royal du Patrimoine Artistique, Brussels, Belgium, yang melakukan misi ke Borobudur pada tahun 1956.

Untuk menunjang operasional penelitian maupun perawatan batuan juga dilakukan persiapan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan. Beberapa sarana tersebut antara lain meliputi peralatan laboratorium untuk menunjang diagnosis akar permasalahan yang dihadapi di lapangan, sarana untuk pembersihan batu, sarana pengeringan batu, sarana untuk perbaikan dan konsolidasi, dan sarana pengawetan. Sedangkan prasarana yang diadakan antara lain meliputi bangunan laboratorium dan tempat penampungan batu (buffer storage) sebelum dikonservasi, bangunan perawatan batu (stone treatment) yang meliputi bangunan untuk unit pembersihan (cleaning unit), unit pengeringan (drying unit), unit perbaikan (repairing unit), dan unit pengawetan (treatment unit), dan tempat penampungan akhir (final storage).

Tempat

Borobudur

Status hukum

Fungsi, jabatan, dan aktivitas

Keberadaan laboratorium konservasi di Sektor Khemiko Arkeologi, Proyek Pemugaran Candi Borobudur, berfungsi sebagai unit yang tugas pokok dan fungsinya adalah untuk melakukan riset dan pengembangan metodologi konservasi batuan, terutama dalam kaitannya dengan pemecahan masalah penanganan konservasi batu Candi Borobudur. Disamping itu, juga bertugas untuk memonitor dan mengevaluasi dampak sampingan yang mungkin timbul dari penanganan konservasi batuan Candi Borobudur terhadap lingkungannya maupun lingkungan terhadap Candi Borobudur.

Secara operasional dalam Laboratorium Konservasi tersebut terdapat 3 (tiga) unit analisa, yaitu analisa fisik dan petrografi, analisa kimia, dan analisa mikrobiologi, yang dalam implementasinya juga didukung dengan beberapa peralatan canggih, seperti Scanning Electronic Microscope (SEM), Universal Testing Machine (UTM), Spectrophotometer, Flamephotometer, Accelerated Aging Test Equipment, Porosimeter, Colony Counter, Automatic Sterilizer, Polarizing Microscope, dsb. Unit asalisa fisik dan petrografi bertugas untuk mengadakan penelitian sifat-sifat fisik dan petrografi batuan Borobudur dan pengujian bahan-bahan untuk perbaikan, serta pengembangan metodologi- nya. Sifat-sifat fisik/petrografi yang diteliti meliputi warna, tekstur, porositas, berat jenis, kekerasan, kekuatan tekan, dan komposisi mineralogi batuan yang dilakukan melalui sayatan tipis. Unit Analisa kimia bertugas untuk mengadakan penelitian kimiawi terhadap batuan Candi Borobudur dan pengujian dan seleksi terhadap bahan-bahan kimia yang akan digunakan untuk konservasi Candi Borobudur, terutama dari aspek kimiawinya. Analisa dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian dilakukan dengan bekerja sama dengan Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam kaitannya dengan monitoring dan evaluasi, unit ini juga bertugas untuk mengawasi penggunaan bahan-bahan konservasi Candi Borobudur terhadap lingkungannya, melalui sumur-sumur peresapan di sekitar candi yang dilakukan secara periodik. Unit analisa mikrobiologi bertugas untuk mengadakan penelitian agensia pelapukan dari faktor biotis batuan Candi Borobudur, cara pemberantasan, dan pencegahannya, melalui penelitian baik yang dilakukan di laboratorium maupun di lapangan.

Kegiatan perawatan batu dimulai dengan survei terhadap permasalahan yang dihadapi yang dituangkan dalam bentuk kartu pemetaan (mapping) terhadap seluruh blok batu candi. Langkah ini merupakan bagian dari kegiatan pendokumentasian seluruh permasalahan teknis yang dihadapi. Mapping tersebut dilakukan dalam gambar teknis (technical drawing) panel batu lapis demi lapis, per bidang, per sisi, yang memberikan indikasi apa yang perlu dilakukan terhadap maisng-masing blok batu, disertai dengan prosentase populasi kerusakan/gejala pelapukan yang nantinya bisa dikonversikan ke dalam volume secara keseluruhan batu yang akan ditangani.

Kegiatan diagnosis permasalahan teknis merupakan salah satu tahap penting yang pada dasarnya dilakukan untuk memberikan “resep” dalam menentukan seluruh rangkaian langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam perawatan batuan Candi Borobudur. Diagnosis ini dilakukan pada Kartu Perlakuan (treatment card) yang mengikuti pallet semenjak batu-batu tersebut dibongkar dari candi terus dimasukkan ke dalam pallet, kemudian diturunkan melalui tower crane dan diturunkan dengan gantry crane untuk dikirim ke buffer storage. Di buffer storage, yang merupakan tempat penampungan sementara, pallet-pallet batu tersebut menunggu antri untuk proses selanjutnya yaitu diagnosis. Selanjutnya pallet demi pallet yang berisi maksimum 12 blok batu candi dan kartu perlakuan tersebut masuk proses diagnosis, batu demi batu. Hasil diagnosis dituliskan pada kartu perlakuan, yang sekaligus berisi perintah apa yang harus dilakukan, apakah hanya pembersihan, pengeringan, dan pengawetan saja, ataukah pembersihan, pengeringan, perbaikan, dan pengawetan secara lengkap.

Semua blok batu dalam pallet-pallet masuk dalam proses pembersihan. Dalam pelaksanaannya dibedakan menjadi pembersihan kering untuk membebaskan akumulasi debu-debu dan kotoran, kemudian diikuti dengan pembersihan basah dengan air apabila tidak terdapat pertumbuhan jasad renik. Pertumbuhan ganggang (algae) pada umumnya dapat dilakukan dengan mudah dengan pembersihan secara manual. Apabila terdapat pertumbuhan jasad renik jenis lumut, maka harus dimatikan terlebih dahulu dengan disemprot menggunakan herbisida agar sporanya tidak bertebaran kemana-mana. Tahap berikutnya adalah pengecekan kondisi penggaraman. Apabila dirasa keberadaannya mengganggu secara estetis, maka endapan garam tersebut dipertipis secara mekanis menggunakan bor gigi (dental drill) secara ekstra hati-hati agar tidak menimbulkan tambahan kerusakan.

Setelah batu-batu dalam pallet tersebut selesai dibersihkan secara tuntas, maka tahap berikutnya adalah dimasukkan ke ruang pengeringan artifisial. Batu-batu dalam pallet tersebut dimasukkan ke dalam ruang tertutup rapat dan dimonitor suhu udaranya selama masa pengeringan. Pengeringan dilakukan pada suhu 40° C selama 2-3 minggu. Hal ini diperlukan agar batu-batu yang mengalami kerusakan dalam bentuk retak, pecah, atau patah dalam keadaan betul-betul kering sebelum diperbaiki ataupun dilakukan pengawetan, sehingga tidak akan mengganggu reaktifitas bahan yang digunakan.

Tahap selanjutnya setelah batu-batu tersebut kering dan dibiarkan dingin secara natural, pallet-pallet yang berisi blok-blok batu tersebut diperiksa secara cermat kartu perlakuannya dan dicek apakah ada indikasi adanya blok-blok batu yang perlu diperbaiki dan dengan metode apa tindakan perbaikan harus dilakukan sesuai dengan kasusnya. Berdasarkan atas kasus tersebut, maka tindakan perbaikan yang digunakan meliputi ada 3 metode yang diterapkan, yaitu:
• Metode pengeleman: untuk kasus pecahan dalam bentuk fragmen kecil;
• Metode penyambungan: untuk kasus-kasus pecahan sedang;
• Metode penyambungan dengan angkur: untuk kasus-kasus pecahan dalam bentuk fragmen besar.

Pengawetan dilakukan terhadap seluruh batu yang sudah dibersihkan dan sudah diperbaiki, dan kondisinya telah kering. Tujuan utamanya adalah untuk menghambat pertumbuhan kembali berbagai jenis jasad renik. Tahap selanjutnya seluruh batu-batu yang sudah diawetkan dikirim ke gudang penampungan terakhir (final storage), tetap dalam pallet yang sama dan diberi penutup atap seng agar tidak kehujanan. Di tempat ini batu-batu tersebut siap direkonstruksi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Mandat/ Sumber kewenangan

Struktur internal/genealogi

Organisasi Induk: Proyek Pemugaran Candi Borobudur
Sub Sektor Subordinasi: Sub Sektor Laboratorium | Sub Sektor Konservasi | Sub Sektor Servis & Administrasi

Konteks general

Bagian keterkaitan

Entiti yang berkaitan

Badan Pemugaran Candi Borobudur (BPCB) (1971 - 1983)

Identifier dari entiti yang berkaitan

ID-JT

Kategori dari Relasi

Hirarki

Tipe hubungan

Badan Pemugaran Candi Borobudur (BPCB)

atasan dari

Kemiko Arkeologi (CA)

Tanggal dari suatu relasi

Deskripsi Suatu Relasi

Bagian titik akses

Akses Poin Subjek

Tempat akses poin

Jabatan

Area Kontrol

Kode unit pencipta arsip

ID-JT

Kode unik lembaga

Aturan dan/ atau konvensi yang digunakan

Status

Level tingkat kedetailan

Tanggal untuk penciptaan, revisi, dan pemusnahan

Bahasa

Naskah

Sumber

Catatan pemeliharaan

  • Clipboard

  • Ekspor

  • EAC

Subjek yang berkaitan

Tempat-tempat yang berkaitan